
Ratusan juta individu di seluruh dunia hidup dengan osteoporosis, suatu kondisi yang membuat tulang menjadi lemah dan rapuh. Di Amerika Serikat saja, lebih dari 10 juta orang berusia di atas 50 tahun diketahui mengidap osteoporosis. Uniknya, kondisi ini seringkali tidak menimbulkan rasa sakit dan biasanya tanpa gejala yang jelas sampai terjadi patah tulang.
“Itulah alasannya disebut penyakit senyap karena bisa terjadi tanpa disadari,” jelas Dr. Nasim A. Chowdhury, kepala kedokteran rehabilitasi di New York Presbyterian Hospital di Queens, Amerika Serikat, seperti dikutip dari USA Today pada 22 Maret 2025. Memahami faktor risiko osteoporosis, mengadopsi gaya hidup sehat, dan berolahraga secara teratur adalah langkah krusial untuk membentengi diri dari dampak kondisi ini.
Apa Itu Osteoporosis?
Osteoporosis timbul ketika kepadatan mineral dan massa tulang mengalami penurunan drastis, yang berujung pada tulang yang lebih lemah dan rentan patah, menurut National Institute of Arthritis and Musculoskeletal Disease. Area tubuh yang paling sering terpengaruh oleh kondisi ini adalah pinggul, tulang belakang, dan pergelangan tangan.
“Bila tak dilakukan tes, Anda tak akan tahu tulang mulai kurang padat dan kurang kuat. Sering kali kami mendiagnosis osteoporosis ketika orang datang dengan tulang patah akibat terjatuh,” terang Chowdhury. Deteksi dini kondisi ini dapat dilakukan melalui pindai DEXA, serangkaian pemeriksaan dengan sinar X yang secara akurat mengukur kepadatan tulang Anda.
Pada umumnya, osteoporosis tidak memberikan sinyal peringatan yang spesifik. Namun, jika Anda mulai merasakan nyeri punggung yang tidak biasa atau mengalami perubahan postur tubuh yang signifikan, Chowdhury sangat menyarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter untuk evaluasi lebih lanjut.
Yang Terjadi pada Tubuh bila Mengalami Osteoporosis
Osteoporosis secara progresif melemahkan tulang, meningkatkan risiko patah tulang osteoporotik. “Kekuatan tulang didasari keseimbangan dua jenis sel yang berbeda, yakni osteoblas yang berfungsi membangun tulang, dan osteoklas yang bertugas melemahkan atau merombak tulang,” ungkap Chowdhury.
Osteoblas berperan penting dalam membentuk “perancah” dasar tulang. Ketika proses mineralisasi terjadi, kalsium dan mineral esensial lainnya akan mengisi perancah ini, mendukung pembentukan kepadatan dan ketebalan tulang yang optimal. Sebaliknya, aktivitas osteoklas bertanggung jawab dalam mengurangi kepadatan tulang, menyebabkan pengeroposan tulang.
Hormon seperti estrogen dan testosteron memiliki peran vital dalam menjaga keseimbangan dinamis antara pembentukan dan perombakan tulang ini. Baik pada pria maupun wanita, hormon-hormon tersebut (estrogen pada wanita dan testosteron pada pria) memengaruhi proses pembentukan tulang dan dapat mempercepat pengeroposan tulang jika kadarnya tidak seimbang.
Wanita lanjut usia merupakan kelompok yang paling banyak mengalami osteoporosis; satu dari empat perempuan berusia di atas 65 tahun mengalaminya, menurut Food & Drug Administration (FDA) Amerika Serikat. Pemicu utamanya adalah penurunan kadar estrogen yang signifikan setelah menopause, jelas Chowdhury.
Secara alami, kepadatan tulang perempuan juga cenderung lebih rendah dibandingkan laki-laki, sehingga mereka memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami patah tulang. Selain itu, faktor risiko lain yang perlu diwaspadai termasuk riwayat keturunan, usia di atas 50 tahun, kebiasaan mengonsumsi alkohol atau obat-obatan tertentu, merokok, dan kurangnya aktivitas fisik, sebagaimana diuraikan oleh FDA.
Bagaimana Mengatasi Osteoporosis?
Pengobatan osteoporosis bersifat sangat individual, yang biasanya melibatkan kombinasi latihan fisik teratur, penggunaan obat-obatan yang diresepkan, dan penerapan gaya hidup sehat secara berkelanjutan, kata Chowdhury. Untuk mengelola kondisi osteoporosis secara efektif, dokter umumnya menyarankan beberapa pendekatan berikut:
-Latihan kekuatan
Gabungkan latihan kekuatan dengan jenis olahraga beban tubuh seperti jalan kaki, jogging, atau lari untuk membantu merangsang pembentukan tulang baru secara alami, jelas Chowdhury. Anda juga dapat mempertimbangkan latihan yang meningkatkan keseimbangan, seperti yoga dan tai chi, yang sangat bermanfaat untuk mencegah jatuh. Meminta bantuan dari dokter atau terapis fisik dapat sangat membantu dalam memilih program latihan yang paling tepat sesuai dengan kebutuhan dan kondisi individu Anda.
–Minum obat yang diresepkan
Konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan resep obat yang dapat membantu mengelola osteoporosis Anda. Bisfosfonat adalah jenis obat yang sangat efektif dalam memperlambat proses pengeroposan tulang, seperti yang dijelaskan oleh Cleveland Clinic. Selain itu, obat lain yang mungkin diresepkan meliputi hormon paratiroid dan inhibitor sklerostin, tergantung pada kondisi dan respons tubuh pasien.
–Terapkan gaya hidup sehat
Gaya hidup sehat adalah komponen perawatan osteoporosis yang tidak boleh diabaikan, tegas Chowdhury. Terapkan pola makan yang kaya akan kalsium, mineral esensial yang vital bagi kesehatan tulang Anda. Begitu pula dengan vitamin D, yang sangat diperlukan untuk penyerapan kalsium yang optimal dalam tubuh. Jika asupan kalsium dan vitamin D dari pola makan dirasa kurang, suplemen dapat menjadi pilihan, namun konsultasikan terlebih dahulu dengan tenaga medis profesional. Selain itu, sangat penting untuk menghindari kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol yang berlebihan, karena keduanya dapat berdampak negatif pada kesehatan tulang.
Pilihan Editor: Anjuran Ahli Gizi untuk Cegah Osteoporosis, Apa Saja yang Perlu Dicukupi?
Osteoporosis adalah kondisi yang membuat tulang menjadi lemah dan rapuh, seringkali tanpa gejala yang jelas hingga terjadi patah tulang, terutama pada pinggul, tulang belakang, atau pergelangan tangan. Kondisi ini timbul akibat penurunan drastis kepadatan mineral dan massa tulang, di mana terjadi ketidakseimbangan antara sel pembangun tulang (osteoblas) dan perombak tulang (osteoklas). Deteksi dini osteoporosis dapat dilakukan melalui pindai DEXA, terutama bagi mereka yang berisiko.
Wanita lanjut usia, khususnya setelah menopause, lebih rentan karena penurunan estrogen, meskipun faktor genetik, usia, dan gaya hidup juga berperan sebagai pemicu. Penanganan osteoporosis umumnya melibatkan kombinasi latihan fisik teratur, penggunaan obat-obatan seperti bisfosfonat, serta penerapan gaya hidup sehat. Penting untuk memastikan asupan kalsium dan vitamin D yang cukup, serta menghindari merokok dan konsumsi alkohol berlebihan demi menjaga kesehatan tulang.